Obat tanpa resep dokter atau obat bebas dapat dibeli secara bebas di toko obat. Umumnya obat ini dikonsumsi untuk menangani gejala ringan yang dianggap tidak membutuhkan konsultasi kepada dokter, seperti sakit kepala, flu, atau batuk yang ringan.
Banyak orang yang sering menggunakan obat-obatan yang dijual bebas tanpa mencari tahu penyebab penyakitnya dengan memeriksakan diri ke dokter. Padahal dengan mengonsumsi obat-obatan jenis ini dapat membahayakan kesehatan jika tidak dikonsumsi dengan takaran yang tepat atau dalam jangka panjang.
Perhatikan Dosis Penggunaan Obat
Konsumsi obat-obatan bebas dengan dosis yang tidak tepat dapat mendatangkan risiko kesehatan serius. Tidak sedikit orang meninggal karena mengonsumsi obat-obatan bebas seperti paracetamol dalam dosis berlebihan.
Baca petunjuk dosis pada label
Berikut ini adalah beberapa panduan agar Anda terhindar dari risiko akibat mengonsumsi obat dalam dosis yang tidak tepat:
Selalu baca label
Baca
dan ikuti informasi dosis pada label petunjuk penggunaan tiap kali akan
mengonsumsi obat. Dosis tersebut sudah disesuaikan untuk mendatangkan
manfaat dengan efek samping minimal. Jika melebihi dosis, obat malah
akan membawa dampak buruk pada tubuh.
Sesuai alat takar
Kenali
perbedaan dan patuhi takaran yang tertera seperti: 1 sendok makan, 1
sendok teh, satu tablet/pil, atau milimeter. Satu sendok teh setara
dengan 5 ml. Beberapa obat menyertakan alat takar dalam kemasan obat
(sendok, alat tetes, cangkir kecil). Hindari menebak-nebak dengan
menggunakan takaran lain.
Jenis obat dan dosis untuk kelompok usia yang berbeda
Beberapa
produsen obat menyediakan beragam varian dengan merek sama, contohnya
obat batuk X untuk dewasa dan obat batuk X untuk anak. Tiap varian
diperuntukkan bagi usia yang berbeda. Masing-masing mengandung formula
dan kekuatan yang berbeda. Pada jenis yang berbeda, dosis yang tertera
di petunjuk pemakaian biasanya dibedakan untuk kelompok-kelompok usia
tersebut, yaitu dewasa, anak, balita.
Konsumsi
atau berikan obat sesuai takaran yang tepat. Contoh: dosis parasetamol
untuk dewasa adalah 500 mg hingga 1 g tiap 4-6 jam, dengan maksimal
konsumsi 4 g per 24 jam. Sedangkan pada anak-anak usia 4-6 tahun, dosis
maksimal adalah 4 kali 240 g per 24 jam. Hindari memberikan obat bebas
kepada balita berusia di bawah setahun tanpa menanyakannya kepada dokter anak. Dosis untuk pasien umum juga berbeda dengan dosis untuk wanita hamil.
Akibat Overdosis
Penggunaan obat yang dosisnya kurang dari takaran anjuran tidak akan berpengaruh terhadap penyakit Anda. Sedangkan mengonsumsi obat bebas melebihi takaran yang disarankan dapat membuat Anda berisiko mengidap gejala atau bahkan penyakit tertentu. Jenis efek samping yang diakibatkan dapat berbeda sesuai dengan jenis obat yang dikonsumsi.Berikut ini adalah beberapa risiko penyakit akibat konsumsi obat berlebihan:- Hepatotoksik: kerusakan ginjal akibat bahan kimia yang terkandung dalam obat-obatan.
- Iritasi sistem pencernaan sehingga bisa sakit perut, mual, muntah-muntah atau diare.
- Perubahan suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, dan detak jantung.
- Nyeri pada dada dan sesak napas akibat gangguan pada paru dan jantung.
- Kulit menjadi panas dan kering, atau sebaliknya, dingin dan lembap.
- Muntah darah.
- Muncul darah pada tinja saat buang air besar.
- Koma.
- Meninggal dunia.
Kenali Kondisi dan Pahami Gejala atau Penyakit
Sebelum mengonsumsi setiap obat bebas, kenali benar-benar gejala yang Anda rasakan dan apakah kondisi Anda tepat ditangani dengan obat tersebut. Selain itu, perhatikan hal-hal berikut ini.- Baca dan sadari apa saja guna obat itu serta efek sampingnya. Lihat apakah gejala atau kondisi yang Anda ingin obati telah tertera di kemasan atau petunjuknya.
- Jika obat tersebut tidak sesuai untuk menangani penyakit yang Anda alami, selain mendatangkan risiko efek samping, mengonsumsi obat bebas yang tidak tepat hanya akan menyia-nyiakan uang Anda.
- Hindari terlalu sering mengonsumsi obat bebas. Gunakan hanya jika Anda benar-benar membutuhkannya. Hindari juga mengonsumsi obat bebas dalam jangka panjang tanpa menanyakan ke dokter.
Kontraindikasi Obat
Kontraindikasi obat adalah kebalikan dari indikasi atau alasan mengonsumsi obat tersebut. Ini adalah kondisi atau faktor yang melarang Anda untuk mengonsumsi obat tertentu. Misalnya, kontraindikasi parasetamol adalah gagal ginjal. Ini berarti penderita gagal ginjal disarankan untuk tidak mengonsumsi parasetamol.Beberapa orang dengan kondisi tertentu perlu lebih mewaspadai dan bahkan membatasi konsumsi obat-obatan bebas, yaitu:
Pengidap penyakit tertentu.
Pengidap tekanan darah tinggi
perlu menghindari konsumsi dekongestan dan obat yang tinggi kandungan
sodium. Sementara orang yang mengalami penyakit berikut ini juga perlu
mewaspadai kandungan dalam obat bebas: epilepsi, asma, gangguan pembekuan darah, sakit jantung, gangguan ginjal, gangguan hati, Parkinson, encok, glaukoma, gangguan pernapasan, gangguan tiroid, gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
Balita dan anak-anak.
Tidak semua obat tepat diberikan untuk balita, seperti ibuprofen yang sebaiknya tidak diberikan pada bayi berusia kurang dari enam bulan.
Orang lanjut usia.
Tubuh
lansia memproses obat dengan cara berbeda dibandingkan kelompok orang
yang lebih muda. Selain itu, efek samping kerap berisiko timbul karena
lansia kerap mengonsumsi beberapa obat-obatan lain di saat bersamaan.
Ibu hamil dan menyusui.
Obat
dalam dosis aman yang dikonsumsi ibu hamil bisa jadi berbahaya bagi
janin. Sebagai contoh, konsumsi aspirin dapat mengakibatkan keguguran, gangguan pada pembekuan darah, menghambat pertumbuhan janin, dan memperpanjang proses melahirkan.
Orang yang alergi terhadap obat tertentu.
Tubuh
beberapa orang tidak dapat menerima obat-obatan tertentu, sehingga
mereka merasakan gejala seperti sesak napas atau gatal-gatal jika
mengonsumsinya.
Orang yang mengonsumsi obat bebas bersamaan dengan obat dengan resep dokter.
Jika
Anda sedang mengonsumsi obat dengan resep dokter, tanyakan terlebih
dahulu pada dokter jika Anda berencana mengonsumsi obat bebas.
0 komentar:
Posting Komentar